Ini Baru Semen!

Ini Baru Semen!

Sudah baca tulisan ini? Cara Pilih Semen Era Sekarang.

 

Setelah baca tulisan itu, kalau mau bangun rumah atau renovasi, pilihnya semen apa? Masih bingung? Tulisan sebelumnya memang tidak mengarahkan secara spesifik merek apa sebagai pilihan. Kali ini saya akan mengerucutkannya, semen mana yang memenuhi kriteria ber-MAKNA.

 

Penyegaran sedikit, Brand adalah nama plus MAKNA, pengertian itu yang saya ikuti dan sepakati, hasil belajar ke Pak Bi (Subiakto Priosoedarsono, praktisi brand pengalaman 50 tahun).

 

Bicara fitur, atau Marketing 1.0, ranahnya berarti masih di 4P. Di dunia pemasaran dikenal sebagai Marketing Mix, yaitu Product, Price, Place, Promotion. Jadi yang dibahas ya fiturnya, berapa harganya, di mana saja distribusinya, dan bagaimana promosikannya. Kaum mendang-mending bermain di sini. Terutama membandingkan fitur dan harga.

 

***

 

Semen itu ada beberapa tipe. Untuk semen kantong yang ada di toko bangunan, kita akan lihat tulisan PCC (Portland Cement Composit) atau SNI 7064-2014. Ini jenis semen serbaguna (meminjam istilahnya semen Dynamix Serbaguna), karena bisa digunakan untuk pengecoran, plesteran, dan acian.

 

Banyak merek yang mengeluarkan tipe PCC. Sebut saja, hampir semua semen beredar termasuk tipe ini. Semen Dynamix, Gresik, Tonasa, Padang, Andalas, Baturaja, Bosowa, Tiga Roda, SCG, Merah Putih, Jakarta, Conch, dan lain-lain.

 

Ada juga semen kantong yang tipenya Masonry, artinya hanya direkomendasikan untuk pekerjaan plesteran, acian, membuat profil, tapi tidak untuk cor. Yang bermain di sini setahu saya hanya Dynamix Masonry, atau "semen ijo", karena kemasannya hijau, dan memang lebih "hijau". Semen ini lebih mudah pengadukannya dibandingkan tipe PCC, lebih terang warnanya, daya sebarnya lebih luas. Cocok untuk dinding.

 

Dynamix juga mengeluarkan semen khusus untuk aplikasi cor dan beton pracetak, yaitu ExtraPower. Kemasannya hitam. Tipenya masih PCC. Semen ini cocok untuk yang cari kekuatan. 

 

Selama ada logo SNI pada kantong semen, kualitasnya terjamin. Fiturnya? Ya mirip-mirip, selama setipe. Di atas dijelaskan ada tiga tipe: serbaguna, masonry, dan high early.

 

Kata Pak Bi, begitu produk sudah mirip-mirip, maka yang dicari adalah yang termurah. Begitulah habit konsumen. Kata Simon Sinek, sesuatu yang berlimpah (komoditas), nilainya akan turun. Tidak spesial lagi. Makanya selama produsen semen hanya bertarung di fitur, merek lain pun akan berusaha mengalahkannya. Begitu seterusnya sampai berdarah-darah. Akhirnya masuk red ocean.

 

***

 

Semen itu dibuat dengan cara membakar batu kapur (CaCO3) untuk diambil CaO-nya sebagai bahan utama, lalu dicampur dengan pasir silika, pasir besi, clay, menjadi klinker. Klinker ini bahan baku semen, yang akan dicampur lagi dengan bahan pengisi lainnya. Dari klinker bisa dihasilkan semen PCC, OPC, OWC, tipe II, tipe V.

 

Masalahnya, selain CaO, ada emisi CO2 juga yang dihasilkan dari pembakaran batu kapur.

 

CaCO3 -> CaO + CO2

 

Dalam reaksi kimia, rasionya 1:1. Jadi setiap satu ton semen diproduksi (dalam reaksi kimia di atas diwakili oleh CaO, satu ton CO2 juga dihasilkan.

 

Sedih sebenarnya.

 

Satu sisi kita butuh semen untuk pembangunan, kita menambang batu kapur, lalu membakarnya pada suhu tinggi, tapi di sisi lain ada emisi CO2 juga sebagai produk samping. Apakah perusahaan semen bertanggung jawab untuk hal ini?

 

Ini dia pembedanya. Ini yang membuat perbedaan makna dari semua semen yang beredar. Dan ini, pilihan yang saya buat.

 

***

 

Coba perhatian gambar grafik yang diunggah tersebut. Angka 708 itu maksudnya 708 kg CO2 (atau 0,7 ton) yang dihasilkan setiap produksi 1 ton semen. Jadi semakin rendah angkanya, semakin sedikit emisi CO2. Semen lebih ramah lingkungan.

 

SIG (Semen Indonesia Group) tahun ini, setiap 1 ton semen diproduksi, CO2 yang dihasilkan sudah di angka 0,5-0,6 ton. Ini sudah jauh mengurangi apa yang ada di reaksi kimia tadi, yang rasionya 1:1.

 

Dalam rentang 2010-2021, sudah menurunkan 16,2% (dari 708 ke 593 kg CO2/ton semen), dan masih akan terus diturunkan hingga 27% pada target 2030.

 

Artinya semen-semen dalam naungan SIG, seperti Dynamix, Gresik, Tonasa, Padang, Andalas, dan Baturaja, usahanya gigih untuk bertanggung jawab atas produksi semennya, untuk Indonesia yang lebih baik.

 

Ini yang saya maksud dengan ber-MAKNA.

 

Memilih semen bukan melulu soal fitur dan harga, tapi keberdampakan, dan kebermaknaan.

 

Jadi kalau saya ditanya, semen apa yang memiliki MAKNA?

 

Jawabannya sudah jelas, yang bertanggung jawab ke lingkungan, yang terus menurunkan emisi CO2-nya, yaitu semen-semen dalam grup SIG. Bisa Dynamix, Gresik, Tonasa, Padang, Andalas, Baturaja.

 

Tinggal pilih, mana yang ada di toko bangunan terdekat. 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.