Congklak Kebersamaan

Congklak Kebersamaan

Lebaran bagi masyarakat Indonesia, terutama yang muslim, merupakan momen pertemuan dimana seluruh keluarga besar, tua dan muda untuk berkumpul, bersilahturahmi dan saling melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu. Pertemuan yang seringkali berlangsung panjang dan lama, sehingga kerap membosankan bagi anak-anak yang menyertai orang tuanya.

Oleh karena itu, agar anak tidak rewel dan bosan serta tetap terus berinteraksi dengan saudara-saudaranya, saya ingat akan apa yang disiapkan oleh orang tua kami setiap kali Lebaran. Biasanya mereka menyiapkan beragam permainan tradisional yang dapat dimainkan di dalam rumah secara bersama-sama, salah satunya adalah congklak. 

Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Di Sumatera, permainan ini disebut congklak. Adapun di Jawa, permainan itu dikenal dengan sebutan dhakon.

Sementara di Lampung, permainan tersebut populer dengan istilah dentuman lamban. Sedangkan di Sulawesi, permainan disebut Maggaleceng.

Dalam permainan ini, sejenis cangkang kerang kecil digunakan sebagai biji congklak. Jika tidak ada, dapat digunakan biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan seperti biji sawo atau batu-batu kecil.

Congklak kerap dimainkan sambil berkumpul bersama keluarga. Walau kerap dipandang sebagai permainan tradisional anak perempuan, tapi sesungguhnya congklak adalah permainan yang dapat dimainkan siapapun, lelaki maupun perempuan. Umumnya anak-anak berusia 6-12 tahun.

Permainan ini bisa dimainkan di dalam ruangan oleh dua orang anak yang duduk berhadapan. Cocok dimainkan saat kumpul keluarga, seperti di saat Lebaran. Sambil beramah tamah dan berbincang-bincang, anak-anak bisa bermain congklak di tengah keluarga.

Untuk melakukan permainan congklak dibutuhkan sebilah papan congklak berbahan kayu atau plastik yang berisi 14 lubang kecil dan 2 lubang besar. 

Masing-masing pemain akan mendapat 7 lubang kecil dan sebuah lubang besar serta 49 biji congklak. Setiap lubang kecil pada papan congklak diisi dengan 7 biji congklak, sedangkan lubang besar dibiarkan kosong. Lubang besar dianggap sebagai gudang penyimpanan pemainan.

Saat bermain, dua orang pemain ini secara bergantian memilih satu lubang kecil miliknya. Kemudian, biji pada lubang tersebut dipindahkan satu per satu ke lubang lain searah jarum jam, sampai biji dalam genggaman habis. 

Permainan akan berakhir saat biji di semua lubang kecil kosong dan berpindah ke lubang besar. Pemenangnya ditentukan dari jumlah biji terbanyak di lubang besar masing-masing pemain.

“Ayo anak-anak, Nenek punya permainan seru yang dulu sering dimainkan oleh Ayah atau Ibu kamu. Kamu mau main enggak?” tawar Ibu saya kepada cucu-cucunya.

“Apa itu, Nek?” tanya seorang keponakan saya yang belum pernah melihat permainan yang dibawa ibu saya dengan penasaran. 

"Mau, mau, saya duluan yang main" ujar keponakan saya yang lain yang sudah mengenal alat permainan tersebut sebelumnya dengan penuh semangat.

"Ayo gak usah berebut, mainnya bergantian saja. Nenek sudah menyiapkan dua set congklak. Setiap set congklak bisa dimainkan oleh dua orang," ujar ibuku sambil mengeluarkan dua buah papan kayu berwarna coklat beserta biji congklak dari kerang.

“Ini namanya congklak. Permainan ini merupakan permainan tradisional yang dulu sering dimainkan ayah atau ibu kamu bersama teman-teman kecilnya” jelas ibuku.

“Aku kayanya pernah lihat deh, Nek, di sekolah. Tapi, belum pernah memainkannya,” tanggap keponakan yang belum pernah bermain congklak.

"Aku punya nih di rumah dan tahun lalu juga pernah main disini, di rumah nenek. Seru lho mainnya," ujar keponakan yang tampaknya sudah tidak asing dengan permainan congklak

“Nah, bagus itu. Kamu dan saudara-saudaramu bisa bermain congklak ini saja, biar gak bosan. Yuk, Nenek ajarkan cara mainnya!,” ajak nenek

Para keponakan dan anak saya pun, yang sudah pernah bermain ataupun belum, serentak mengangguk. Ibu ku pun pun mulai mengajarkan cucu-cucunya  cara bermain congklak. “Sebelumnya isi dulu tiap lubang dengan biji sebanyak 7 buah. Lubangnya itu ada 16, nah 2 lubang paling ujung, kita kosongkan untuk menaruh biji terakhir,” jelas ibuku.

“Lalu, nanti kita ambil semua biji dari lubang yang kita pilih, kemudian masukkan biji tersebut satu persatu, ke dalam lubang secara berurutan,” lanjut ibuku sambil mencontohkan cara bermainnya. Kulihat para keponakanku pun mengangguk tanda paham.

Setelah itu, mulailah para keponakan bermain congklak. karena terdapat dua set papan congklak yang disiapkan ibuku, maka terdapat 4 orang keponakan yang bermain bersamaan. 

Keponakan yang baru pertama kali bermain, awalnya terlihat agak bingung. Namun, setelah bermain beberapa kali, ia tampaknya mulai mahir. Akhirnya, ia malah bisa mengalahkan saudaranya yang sudah pernah bermain congklak sebelumnya.

“Asyiik, aku menang kali ini!” seru seorang keponakan yang berhasil mengalahkan saudaranya. Sementara yang lain hanya tersenyum-senyum.

“Seru juga ya, Nek, ternyata, permainan congklak ini,” kata sang keponakan.

“Dengan bermain permainan ini, kita jadi tahu salah satu permainan tradisional bangsa Indonesia. Sekaligus kita juga melestarikan budaya bangsa kita,” jelas nenek. Para cucunya pun terlihat mengangguk dan saya pun cuma tersenyum.

“Wah nenek pintar juga mengajak cucu-cucunya bermain sehingga membuat mereka tidak rewel lagi,” bathinku

“Nek, selain congklak, berapa banyak sih permainan tradisional di Indonesia. Aku taunya hanya permainan modern saja yang memiliki beragam permainan, seperti lego, puzzle, barbie, mobil remote kontrol ataupun permainan daring melalui aplikasi di gawai,” tanya seorang keponakan yang sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama.

“Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, biar om Aris saja yang menjawab. jangan nenek,” jawab nenek sambil memandang ke arahku.

Saya yang dari tadi hanya asyik menyaksikan para keponakan bermain congklak, akhirnya ikutan menjawab pertanyaan dari sang keponakan. 

“Begini, kata teman om Aris yang bernama Dr. Zaini Alif dan beliau adalah Ketua Permainan Olahraga Tradisional Indonesia atau KPOTI dan peneliti permainan tradisional, di Indonesia terdapat sekitar 2.600 permainan tradisional,” ujarku. 

“Wuih banyak juga ya om,” komentar sang keponakan

“Iya banyak sekali. Namun dari jumlah itu hanya 60 persen yang masih bertahan. Banyak permainan tradisional yang hilang dan tergusur dengan permainan modern seperti yang kalian sebutkan,” ujarku menambahkan.

“Om, teman om itu menjelaskan atau tidak mengenai nilai-nilai yang terdapat di permainan congklak? Biasanya kan, setiap permainan tradisional punya nilia-nilai tersendiri,” tanya sang keponakan, kali ini yang sudah lebih besar dan duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA).

“Waduh, pertanyaan kamu serius amat,” jawabku berseloroh

“Ha ha ha, enggak serius-serius amat om. Saya tanya karena biar dapat menjelaskan kepada teman yang akan bertanya soal congklak. Bukan hanya bisa menjelaskan tentang cara mainnya, tetapi juga maknanya,” ujar sang keponakan tersebut.  

Saya pun kemudian menjelaskan bahwa dibalik kesederhanaan dan cara bermain congklak, permainan ini memiliki nilai filosofis tersendiri. Angka tujuh yang merupakan jumlah lubang pada masing-masing pemain dan jumlah biji yang terdapat pada setiap lubang bermakna jumlah hari dalam satu minggu. Artinya, setiap orang memiliki jatah waktu yang sama dalam satu minggu, yaitu tujuh hari.

Saya tambahkan bahwa pada saat biji congklak diambil dari satu lubang, biji itu mengisi pada lubang yang lain. Makna pada tahap ini adalah setiap hari yang dijalani akan mempengaruhi pada hari-hari selanjutnya. Biji diambil lalu mengisi lubang yang lain juga berarti bahwa hidup harus memberi dan menerima, tidak bisa hanya memberi saja atau menerima saja.

"Kalau dalam bahasa pendidikan Pancasila seperti yang kalian pelajari di sekolah, permainan congklak merupakan cerminan praktek memberi dan menerima secara berkeadilan seperti disebutkan dalam sila kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia," jelas saya.

Tidak cukup menjelaskan tentang nilai filosofis dalam permainan congklak, saya pun menjelaskan bahwa permainan ini sesungguhnya mengajak pemainnya untuk berlatih dalam memikirkan strategi mendapatkan biji congklak terbanyak. Pemain diajak melatih kejelian dalam berhitung, serta melatih ketangkasan tangan dan kejujuran membagi biji di setiap lubang permainan.

“Wah, hebat om bisa menjelaskan tentang nilai filosofis permainan congklak dan manfaatnya. Pakai dikaitkan dengan pendidikan Pancasila lagi” ujar sang peonakan memuji.

“Ha ha ha, bisa aja kamu. Om kan cuma menyampaikan cerita dari teman om, yaitu Dr. Zaini Alif,” jawabku.

"Soal dikaitkan dengan pendidikan Pancasila, gini-gini om kan ikut membuat Buku Teks Pendidikan Pancasila yang kamu pelajari di sekolah," ujarku menambahkan.

“Keren dan menyala banget om, saya nanti akan ceritakan pengalaman bermain congklak ini kepada teman-teman di sekolah. Tentu juga termasuk cerita om Aris tentang nilai filosofis dan kaitannya dengan pendidikan Pancasila,” ujar sang keponakan.

“Oi .. malah ngobrol aja dari tadi. Sekarang giliran elo untuk jalan nih. Isi tuh lubang-lubang yang kosong,” seru keponakan yang lain memecah percakapan saya dengan beberapa keponakan yang bertanya. Si keponakan yang ditegur tidak marah dan langsung menggerakkan biji congklak yang dimaksud. Permainan pun berjalan kembali sampai nanti ada yang kalah.

Saya senang melihat para keponakan bergembira bermain congklak yang dikenalkan ibu. Tampak kebersamaan saat berkumpul dan ada percakapan ketika bermain. Hal ini berbeda dengan permainan daring melalui aplikasi di gawai, dimana pemainnya, meskipun “bekerjasama”, namun jarang yang bercakap-cakap, apalagi sampai akrab.

Saya juga senang karena melalui permainan ini, akhirnya para keponakan yang merupakan anak-anak generasi Z bisa mulai mengenal salah satu permainan tradisional bangsa sendiri, Permainan yang sarat akan nilai dan dapat melatih  peningkataan kemampuan berpikir dan bersikap jujur. 

Akhirnya, saya pun senang karena para keponakan tidak bosan lagi saat bersilahturahmi di rumah neneknya. (AHU)

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.