Pandemi Covid-19 Di Tanah  Air Belum Berakhir

Hidup bersama pandemi covid-19 sudah dua tahun lamanya, kuasai pembelajaran daring dengan teknologi internet.

Pandemi Covid-19 Di Tanah  Air Belum Berakhir

 

            Memasuki bulan Maret 2022 ini mengingatkan kita bahwa corona sudah ada di sekitar kita dua tahun lamanya. Duh Gusti, kapan berakhirnya, kapan dia punah atau pergi dari bumi Indonesia? Sudah banyak korban berjatuhan, dunia usaha porak poranda dan akhirnya banyak yang gulung tikar. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) terus berlanjut. Banyak pelaku usaha yang kesulitan bangkit, kehabisan modal dan banyak hutang. Belum lagi kondisi menyayat hati telah dialami sahabat penulis, karena perginya ke dua orangtua untuk selama-lamanya meninggalkan balita dan batita yang belum tahu apa-apa.

            Ganas, sungguh ganas dan ‘membabi buta’ wabah yang satu ini. Varian Delta Juli tahun lalu yang begitu ganas nyaris kolab Indonesia dibuatnya; kemudian tentram sebentar karena melandai tapi muncul gelombang ke tiga Omicron namanya. Wah-wah kok penyakit datang pakai bergelombang ya, jangan-jangan nanti ada gelombang ke empat dan seterusnya. Amit-amit jangan sampai terjadi, sudah habis air mata tertumpah membasahi tanah kubur. Hanya Engkau ya Allah tempat kami bertumpu dan memohon, dengan kuasa Mu dan mujizat Mu sajalah wabah ini bisa enyah, dengarlah jerit hati dan doa kami.

            Terhambatnya mobilitas masyarakat benar-benar mengungkung gerak manusia dalam beraktivitas. Lihat saja sekolah buka – tutup, banyak anak putus sekolah, kampus pun kosong, makin banyak orang mengalami gangguan mental, depresi, kecemasan, insomnia, dan lain-lain. Konon virus apapun yang menyerang sistem syaraf pasti menyebabkan cidera otak, hipoksia, atau memengaruhi fungsi fisik sekaligus memengaruhi kesehatan mental. Dampak dari pandemi covid-19 ini tidak hanya terhadap kesehatan fisik saja namun, berdampak terhadap kesehatan jiwa dari banyak orang, baik yang terpapar langsung oleh virus maupun pada orang yang tidak terpapar.

            Ketidakpastian, rasa cemas, takut, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan ‘memburuknya’ hubungan sosial bermunculan di mana-mana, padahal gangguan itu tidak terjadi sebelum virus ini hadir dan kehadirannya memang sangat mengganggu aktivitas manusia. Ketika pandemi covid-19 melanda dunia dan tidak terkecuali Indonesia, berbagai bidang usaha pontang-panting dibuatnya. Pariwisata yang diharapkan dapat mendulang devisa negara nyaris lumpuh, Bali sepi, Indonesia bagian Timur yang terkenal indah alamnya juga terimbas olehnya. Dunia usaha (besar dan kecil), usaha perbankkan, tak terkecuali dunia pendidikan.

Dampak Virus Covid-19 Bagi Dinia Pendidikan

            Semula sungguh tersentak dunia pendidikan dibuatnya, dengan peralihan cara pembelajaran dari PTM (Pembelajaran Tatap Muka) ke PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) telah memaksa berbagai pihak untuk mengikuti penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran daring. Bagi mereka yang belum terbiasa tentu saja tergagap-gagap jadinya, karena dirasakan adanya berbagai kendala yang dialaminya. Adapun hal-hal yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran daring, antara lain:

  1. Penguasaan teknologi yang belum memadai, harus diakui bahwa belum semua guru melek teknologi (terutama guru angkatan generasi X).
  2. Sedangkan bagi siswa, jelas belum semua mereka terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya.
  3. Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh sekolah; di rumah pun tidak semua orangtua memiliki sarana yang mendukung pembelajaran karena ketidaktahuan orangtua dalam membimbing anaknya untuk memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.

Belum lagi masalah jaringan internet, terutama di daerah 3 T (Ter depan – Ter luar – Ter tinggal), serta masalah kuota. Padahal di zaman yang serba teknologi seperti saat ini, tidak menutup kemungkinan PBM (Proses Belajar Mengajar) selanjutnya akan dilaksanakan secara daring. Tak seorang pun yang tahu kapan pandemi covid-19 ini akan berakhir. Khusus dalam bidang pendidikan, literasi teknologi ini sangat perlu dipelajari oleh seluruh stakeholder pendidikan, terutama dalam pemanfaatannya sebagai media pembelajaran daring yang mau tak mau saat ini sedang dilakukan.

Aku Cinta Pendidikan

            Sebagai orangtua, aku harus ikut terlibat langsung dalam kegiatan belajar anak, setidaknya dengan mendampingi mereka belajar sehingga tidak terjadi learning loss. Aku sadar bahwa rumah adalah tempat pertama dan utama dalam mendidik anak.

            Sebagai guru, aku sadar bahwa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan saat ini tidak harus tergantung kepada guru saja, karena guru pun masih banyak keterbatasan. Guru bukanlah orang yang serba tahu dan siswa bukanlah orang yang tidak tahu. Dengan menggunakan internet manusia bisa mengetahui sesuatu yang diinginkannya dengan cepat tanpa terbatas ruang dan waktu.

            Sebagai pribadi, aku sadar bahwa peran guru tidak akan bisa digantikan oleh mesin secanggih apapun. Oleh karena itu, aku sadar bahwa dampak pandemi covid-19 telah memberi pengalaman berharga bagiku.

            Bagaimanapun juga mutu pendidikan harus tetap dijaga dan diperjuangkan apapun kendalanya, sambil tetap berdoa kiranya situasi darurat ini segera berlalu dan pelaksanaan PBM secara luring dapat segera digelar. Selanjutnya peran apapun sangat penting dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan Sistem Pendidikan Nasional dengan tetap mengingat bahwa: ‘Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa interaksi dengan orang lain baik lokal maupun global’. Nilai-nilai sosial antar sesama manusia menjadi berkurang karena jarangnya interaksi secara langsung di antara mereka.

            Akhirnya penulis menghimbau, sekalipun sifat individualis menjadi sangat kental di zaman digital seperti saat ini namun, tetap jaga rasa empati dan simpati antar sesama manusia, supaya kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak hilang dan banyak yang mengalami sakit jiwa. Kalau di satu sisi pandemi covid-19 mendatangkan malapetaka, maka sebagai manusia yang hidup di zaman teknologi yang serba canggih ini kita terus menggali potensi kita masing-masing, agar tidak tertinggal dan siap menuju kebiasaan baru, hidup berdampingan dengan virus covid-19. Namun yang perlu diingat adalah tetap waspada dan menjaga protokol kesehatan secara ketat, agar pandemi covid-19 tidak kembali mengganas.

 

Jakarta, 2 Maret 2022

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – tyasyes@gmail.com

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.