Keinjak tai bikin hoki?? Part 1

Kisah epic seorang pelajar imut yang menginjak kotoran

Keinjak tai bikin hoki?? Part 1
https://www.pexels.com/photo/woman-calling-taxi-on-street-7963831/

Kejadian itu sekitar 7 tahun lalu.. 

Dinda tergopoh-gopoh menuruni tangga rumah kostnya. 

"Sial bener, bisa-bisanya gue bangun kesiangan, kudu berangkat sendiri deh" gumam Dinda sebal pada diri sendiri.

"Lho, baru berangkat Din? Rita udah berangkat dari tadi tuh"  sapa ibu kost ramah sambil menjemur baju di teras rumah.

Biasanya Dinda memang menumpang mobil bapak kost yang mengantar Rita, anaknya yang kuliah di kampus yang sama dengan Dinda.

"Iya bu, bangun kesiangan nih.. Berangkat dulu buu.." teriak Dinda buru-buru sambil melambaikan tangan.

"Duh.. sial banget pake acara bangun kesiangan, bisa telat masuk ujian nih gue" batin Dinda sambil lari-lari di sepanjang jalan dengan hebohnya.

Di ujung jalan, Dinda dengan putus asa melambaikan tangan ke beberapa mikrolet yang lewat. Jam itu jam sibuk. Dari tadi tidak ada mikrolet yang mau berhenti mengangkut Dinda, semuanya penuh. Bahkan ada beberapa orang yang rela bergelantungan di pintu mikrolet demi mengejar waktu.

"Ya Allah, tolonglah hambamu, hamba ada ujian pagi ini..  Jangan biarkan hamba telat, Ya Allah" Dinda komat-kamit setengah memejamkan mata.

"Mau naik?" tiba-tiba ada bunyi mikrolet berhenti dan terdengar suara seorang pria bicara.

Dinda sontak kaget dan membuka mata, "Sungguh tak pernah terlambat pertolonganmu Ya Tuhan" teriak Dinda girang.

"Mau mas" jawab Dinda mendadak sumringah.

"Ya Ampun.. itu kan kakak pecinta alam yang kemarin pas ospek galak banget, gentle banget doi, wangi lagi" batin Dinda sambil tersenyum manis sekali.

Dinda pun duduk di bangku kayu depan pintu, disamping pria gondrong yang bergelantungan di pintu mikrolet.

Mikrolet pun ngebut menerjang jalanan. Angin menerpa lembut rambut Dinda. Dinda pun asyik melamun.

Tak lama, mereka sudah sampai di tujuan. Sungguh terlalu singkat rasanya perjalanan itu.

 Di Jalan bypass Sunter, Dinda dan beberapa orang pun turun, termasuk pria gondrong itu.

Setelah selesai bertransaksi dengan sopir angkot, Dinda pun bengong di pinggir jalan raya, sementara kendaraan-kendaraan melaju dengan kencangnya.

"Mati gue. Gue kagak bisa nyeberang. Mana mesti nyeberang dua kali. Mana udah mo setengah 9. Gimana nih. Siallll.." batin Dinda panik. 

"Gue mesti barengan nih sama orang-orang lainnya buat nyebrang" mata Dinda auto jelalatan mencari orang yang bisa diajak nyebrang bareng.

Tiba-tiba pria gondrong tadi berdiri di samping Dinda, tangan kanannya terangkat menyetop mobil yang melaju dan dengan santainya dia pun menyeberang. "Yuk.." kata pria itu.

"Eh iya..iya.." jawab Dinda sambil tergagap.

Seperti anak ayam ling-lung, Dinda berlari-lari kecil di belakang pria itu. 

Setelah menyeberang 2 kali, akhirnya sampai juga mereka di halaman kampus. 

"Makasih ya kak.." ucap Dinda. "Hengky," kata pria itu sambil melambaikan tangannya. 

"Saya Dinda kak. Makasih banyak ya kak" teriak Dinda sambil dadah-dadah. Dinda pun lanjut berlari menuju gedung kampus.

Di depan lift Dinda berteriak, "Tunggu... tunggu.." Pintu lift yang sudah hampir tertutup pun terbuka kembali.

Dinda tergopoh-gopoh masuk. Tangannya dengan gesit memencet lantai 5.

"Hadeuh selamat.. selamat gue gak jadi telat" Dinda ngomong sendiri sambil tersengal-sengal.

Tiba-tiba tercium aroma bau menyengat, seperti bau tai. "Bau apaan nih?" batin Dinda.

Sementara itu orang lain di dalam lift tampak menahan ketawa geli.

Tak lama pintu lift terbuka, sudah sampai di lantai 5 rupanya dan Dinda pun keluar dengan tergopoh-gopoh.

Penasaran sama kelanjutannya? Sesuk yo.. di part 2..

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.