Nasehat basi kawan baik

Nasehat basi kawan baik

Sahabatku ini bernama Hongjie. Dia mengenaliku dengan baik, saya mengenalinya dengan baik. Ada berbagai hal yang rahasia, tetapi kami saling terbuka satu dengan yang lain. Dilatar belakangi oleh pemikiran yang sama mengenai kehidupan, itulah mungkin yang membuat kami merasa seperti saudara. MURNI, tanpa ada tendensi perasaan asmara di sana, 

Kami terbiasa saling berkunjung. Atau saling bertelpon menanyakan kabar. Kadang kala kami pergi menonton bersama dengan anak anakku. Oh iya, sahabatku ini adalah seorang High Quality Jomblo. Jadi tiap kali jatuh cinta atau patah hati, maka aku akan menjadi otang pertama yang dia cari. Untuk curhat atau berbagi omong kosong. Saya cukup berdiam diri, sambil mendengarnya menumpahkan omong kosongnya. Biarlah.. Lagipula, tidak ada gunanya menasehati orang yang sedang jatuh cinta. Sama sia-sianya dengan menghibur seorang yang baru patah hati. Cukup menjadi pendengar. Sambil menghidangkan semangkuk mie kuah pedas sebagai penghibur.

Pernah suatu ketika, aku berada dalam sebuah masalah. Lalu aku pergi ke bengkel sepeda motornya untuk sekedar bercerita dan meminta saran. Karena sabahatku itu memiliki usaha bengkel sepeda motor. Disela sela kegiatan usahanya, dia menyempatkan diri untuk mendengar keluh kesahku. 

Sambil tertunduk lesu dan manggut manggut seperti seorang yang tertangkap basah mencuri ayam tetangga, kudengarkan ocehannya yang petantang-petenteng menceramahi aku sambil berkacak pinggang bagaikan Hakim yang akan menjatuhkan hukuman mati kepadaku. Saya merasa diperlakukan sangat tidak adil oleh seorang yang kuanggap SAHABAT ku. Tidak ada pilihan lain, aku pasrah saja diceramahi dengan gaya yang sangat menjengkelkan itu. 

Pada kesempatan lain, Hongjie, temanku itu terkena masalah juga dan datang bercerita kepadaku. Dengan gaya yang tidak kalah menjengkelkannya, kubalaskan dendamku dengan menceramahi dia dengan banyak nasehat-nasehat yang entah kudapat dari mana. Dan aku berkacak pinggang pula! 

Seolah lupa bahwa kemaren lalu aku pernah terduduk lesu dibawah ceramahan manusia yang menyebalkan itu. Dengan sangat percaya diri  dan dengan gaya yang mengesalkan tentunya, kubalaskan segala tingkahnya yang menjengkelkan itu dulu padaku. 

Dia duduk lesu mendengarkan semua bualanku soal kebijaksanaan untuk ikhlas menerima segala masalah. Jika kulihat mukanya seolah dia tidak akan pernah serapuh itu ketika menceramahiku dulu.

Impas sudah......Puas rasanya mengingat gaya konyolnya dulu ketika menasehati aku. 

 

Demikianlah dua orang teman saling menguatkan dengan cara yang berbeda beda...

Kadang kami saling memaki. Bercanda. Berdebat.

Kadang kami saling berganti posisi menjadi terdakwa yang tidak berdaya...

Tetapi bagaimanapun kami berselisih, akan selalu diakhiri dengan silaturahmi dan saling mengunjungi. 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.