Servis Kipas Pak Fulan

Sudah lebih dari seminggu kipas angin di rumah rusak. Sudah dicoba diperbaiki ke tukang servis di dekat rumah, bukannya jadi baik, malah gak bisa mutar sama sekali.
"Udah rusak, mas, mending ganti baru aja" ujarnya tukang service itu santai.
Jadi agak nyesal sebenarnya baikin kipas angin ini. Padahal sudah ditinggal seminggu. Seharusnya kipas angin ini saya bawa ke Pak Fulan. Tapi...
......
7 tahun yang lalu.
"Jalan-jalan, yuk" ajak istriku manja.
"Mau kemana, sih?" Tanya saya.
"Ya lengkapin perabotan rumah, cari kompor, dispenser, kipas. Mumpung libur, yuk" kali ini ia agak berkeras.
Baru 3 hari ini kami menempati rumah baru. Bukan rumah baru, tepatnya rumah baru dicat dan direnovasi.
Setelah menikah, kami memutuskan untuk tinggal berdua. Tidak bersama orang tua. Mencoba mandiri, belajar karakter masing-masing.
Di rumah, belum banyak perabotan, harus dibeli bertahap. Aku mengiyakan permintaannya.
"Ya udah, cari Kipas Angin, Yuk!"
"Ayuk" ujarnya semangat.
Sore itu kami mendatangi beberapa toko elektronik.
"Itu harganya berapa, Pak?, kalo itu? Kalo yang sebelahnya lagi?
Kami gak punya referensi merek kipas yang bagus. Pilihan pertama adalah soal harga, sisanya dianggap minor aja. Yang penting mutar. Bikin adem.
Tapi nyatanya, harga kipas tergolong mahal. Apalagi AC. Kami mencoret AC karena harganya yang mahal dan beban listrik yang tinggi. Pilihan satu-satunya ya Kipas Angin.
Sampailah di sebuah toko elektronik di ujung kota. Tempatnya rada nyempil tapi penuh dengan barang barang elektronik, sampai sampai etalase tertumpuk barang, menyisakan ruang sedikit untuk si engkoh taci menerima kostumer. Kabarnya, toko ini suplier besar, harganya relatif miring ketimbang toko lain.
Tapi semiring-miringnya harga, kami masih anggap mahal. Di sisi lain masih banyak yang harus dibeli. Perlu cari alternatif lain. Saat itulah kami bertemu Pak Fulan.
Ia nampaknya melihat kami yang tanya-tanya harga kipas. Sampai terlihat si engkoh tampak capai menjelaskan harga.
" harganya udah pas, paling turun lima ribu" kata si engkoh.
"Waduh, masa gak bisa kurang koh, turun lagi lah" kata saya memelas.
Tapi ia bergeming.
Dengan langkah gontai kami keluar toko menuju parkiran motor.
"Ya, nanti kita cari di toko lain ya" ujar saya ke istri sambil memasangkannya helm.
"Mas, cari kipas angin ya?" Ujar seorang bapak yang mendekat.
"Iya, pak, kok tau?" Tanya saya heran.
"Iya, tadi saya perhatiin di dalam, lagi nawar-nawar, kalo mau, saya ada jual kipas, lihat-lihat aja dulu, gimana?"
Kami belum menjawabnya.
"Ayok, ikutin saya ya" katanya tersenyum sambil mengengkol vespa PS nya.
Dengan rada setengah heran dan penasaran, kami ikuti Bapak itu. Sampailah di sebuah rumah, penuh dengan berbagai macam pernak pernik elektronik.
"Ayok, masuk mas, dilihat-lihat dulu" ajaknya masuk rumah.
Di ruang tamunya, sudah berjejer berbagai macam kipas, saya hitung mungkin lebih dari 15. Ada kipas angin duduk, berdiri dan yang gantung.
"Carinya yang kayak apa, mas?"
"Kalo yang gantung, ini bagus lho, harganya juga terjangkau" katanya sambil menyalakan kipas gantung di sudut ruang.
Kami benar-benar takjub saat itu. Bukan hanya karena banyak kipas tersedia. Tapi juga harganya yang relatif. Tentu saja karena bukan barang baru tapi tetap saja yang penting bisa mutar, buat adem.
Kami memilih 2 kipas saat itu, yang gantung dan kipas berdiri. Rencananya kipas itu kami letakkan di kamar dan ruang keluarga.
"Sek, mas, kita pastiin lagi ya, biar sama-sama enak" ujarnya sambil mencolokkan kipas sebelum kami bawa pulang.
"Nyala kenceng kan, ya?"
Kami mengangguk bersamaan.
"Pokoknya, kalau rusak bawa kesini lagi, saya servis lagi, nama saya Pak Fulan" katanya tersenyum sambil menyerahkan 2 kipas.
Kami ikutan tersenyum. Misi cari kipas berhasil. Malah dapat 2 kipas. Bila dibandingkan beli baru cuma dapat 1 kipas saja.
Suatu waktu, kipas gantung tetiba mati. Sudah kurang lebih 2 tahun pemakaian.
Kami ingat kata-kata Pak Fulan.
Kami bawa kipas rusak itu ke rumahnya. Tak sampai 5 menit ia sudah tau masalahnya.
"Sebentar ya, ini masalah di kabelnya aja, saya ganti dulu ya"
Ia lalu mengganti kabel, dan kipas kembali berfungsi.
Dan waktu berlalu, kipas kembali rusak. Setelah 7 tahun pemakaian. Kami kembali mendatangi Pak Fulan.
Rumahnya tampak sepi. Di halaman rumah tidak ada lagi perkakas perabotan yang biasa terserak.
Pagarnya nampak terkunci.
"Assalamualaikum"
Tidak ada jawaban.
Kami mencoba mengetuk pagar lagi
"Assalamualaikum"
Pintu terbuka. Tapi bukan Pak Fulan.
"Cari siapa ya?" Ujar seorang wanita paruh baya.
"Pak Fulan ada, Mbak?" tanya saya.
"Pak Fulan sudah wafat, sebulan yang lalu, ada perlu apa ya?"
"Innalillahi wa Inna ilaihi raajiun, saya yang pernah beli dan servis kipas disini, Mbak. Turut berduka cita ya, Mbak"
"Iya, makasih ya, mas" Ujar wanita itu sambil sembari menutup pintu.
Aku berjalan ke arah motor, sembari membawa kipas gantung dalam genggaman.
Selamat Jalan, Pak Fulan. Kipas berputar, begitu pula kehidupan.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.