Zero Waste

Catatan Seorang Ecofreak #2

Zero Waste
Panen kompos (foto: rase)

Harimau mati meninggalkan belang itu hanya ada di peribahasa. Di alam, ketika harimau mati, bangkainya akan dijadikan santapan makhluk pengurai. Bahkan belangnya tidak akan tersisa. 

Secara alami, tidak ada yang namanya sampah di bumi ini. Sampah yang dihasilkan oleh sesosok makhluk, akan menjadi input untuk kelangsungan hidup makhluk lain. Itu sistem yang berlaku. Cukup kompleks namun efisien.

Makhluk yang bernama manusia, terutama dengan teknologi hasil kreativitas otaknya, menambahkan sesuatu pada sistem alami itu: Sampah yang tetap eksis. Plastik adalah contohnya. Tidak ada makhluk lain yang menggunakan plastik sebagai input kelangsungan hidupnya. Yang ada, tak terhitung lagi makhluk mati gara-gara plastik. Contoh tragis mengenaskan adalah ditemukannya timbunan plastik dalam perut bangkai paus. Kejadian yang berulang kali terjadi menandakan masalah plastik (dan sampah pabriknya manusia yang lain) di bumi sudah sangat serius.

Sebagian kecil manusia yang berhati nurani, melakukan sesuatu demi ibu bumi. Ada yang menolak tas plastik dan memilih menggunakan tas kain yang dipakai berulang kali. Ada yang tidak mau memakai sedotan plastik tetapi memilih sedotan stainless. Ada yang buka bulk store, supaya pembeli membawa wadah sendiri yang berarti mengurangi kemasan. Ada yang melakukan upcycle. Ada yang menerapkan gaya hidup minimalis. Banyak lagi yang lain.

Beberapa tahun terakhir, yang namanya zero waste menjadi tren gaya hidup. Awalnya, Bea Johnson, memulai di keluarganya. Setelah Bea Johnson menulis pengalamannya dalam buku berjudul Zero Waste Home, gagasan zero waste makin diikuti banyak orang. Hingga kini.

Jika diperhatikan, orang zaman dulu menerapkan zero waste ini. Contohnya, usai makan buah nangka, biji nangka dikumpulkan dan direbus, jadilah varian camilan. Memarut kelapa untuk santan? Ampas tidak dibuang melainkan ditambahin telur dan bumbu lalu dibentuk bulat digoreng, jadilah lauk.

Pernahkah mendengar cerita-cerita zaman susah ketika masih dijajah? Makanan sulit diperoleh, dan semua orang cari cara untuk berhemat demi bertahan hidup. Sayangnya, setelah sekian puluh tahun merdeka, banyak orang kini menyia-nyiakan makanan. Coba saja tengok pesta-pesta pernikahan tempat orang mengambil makanan dan menyisakannya! Rekor memalukan adalah negri ini nomor dua urusan food waste. K e t e r l a l u a n.

Baiklah. Mari kita mulai sesuatu dari diri kita. Kita bisa kerjakan apa? Itu yang penting.

Selamat Hari Bumi 22 April 2021

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.