Siapa yang mencintai pagi?

sebuah perjalanan empat tahun yang silam, di bulan yang sama.

Siapa yang mencintai pagi?

Pagi adalah interaksi. Interaksi alam dan manusia didalamnya. Saya selalu mencintai pagi. Di pagi hari ada harapan, ada kesejukan, ada hiruk-pikuk, ada semangat, ada kedamaian, ada kesederhanaan, semua menjadi satu. 
Pagi ini saya ke Klaten, entah kenapa saya ingin mampir ke pasar Jimbung. 

Mata saya tertuju pada spot kedai teh dan kopi didalamnya. Kedai yang sangat sederhana. Saya mampir sebentar untuk meneguk segelas teh hangat khas Jogja, dan berbicara langsung dengan Mbah Sumarni. 
Mbah Marni masih gesit. Tanpa assisten, dia sigap menerima pesanan teh dan kopi untuk pedagang di pasar dan pengunjung. 
Usia 75 tahun, mempunyai anak 3, cucu 4 dan buyut 1, tidak menghalangi semangat Mbah Marni untuk berdagang. 

"Suami Mbah udah meninggal 2 tahun yang lalu, dulu Mbah dan suami jualan nasi, tapi sekarang Mbah sendiri. Mbah hanya jual teh dan kopi saja" ujarnya sambil menuang air panas kedalam teko. 
Berdagang setiap pagi, dari jam 3.30 pagi sampai jam 10 pagi merupakan rutinitas yang selalu dikerjakan oleh Mbah Marni. 

"Mbah punya tensi tinggi, kadang 170 atau 150, kalau udah disuntik biasanya segar lagi" 
Kalau sedang banyak berpikir, terutama mikir cucunya, mbah suka susah tidur. 
Mbah juga tidak mau merepotkan anaknya. 
Dengan modal setiap hari hanya 100 ribu rupiah dan keuntungan rata-rata 25 sampai 30ribu, mbah sudah bahagia. 
"Lumayan nak, buat makan cucu dan mbah. Mbah sayang sekali sama cucu-cucu mbah" 
Ujarnya sambil mengaduk teh. 
Beruntung sekali cucunya mbah. Batin saya dalam hati. 

"Mbah kenapa gak istirahat saja dirumah, main sama cucu dan buyut.. Apa gak capek masih berdagang sampai sekarang"
"Nak, mbah bukan orang yang mampu. Mbah masih butuh uang untuk hidup, kasihan anak-anak mbah, mbah bantu meringankan beban mereka untuk hidup. Untuk uang jajan cucu-cucu, itu semuanya dari mbah" 
Katanya sambil tersenyum. 
"Lagipula, sopo saiki sing gawe' no teh kanggo wong -wong sing nak' pasar iki?" Katanya sambil berjalan membawa 4 gelas teh meninggalkan saya. 

Di pagi ini juga, saya melihat ada pengorbanan serta perjuangan dalam kesederhanaan dan kesetiaan. 

Jogja, 6 Mei 2016.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.