Menyulap Kata dan Nada

Menyulap Kata dan Nada
Sumber gambar: Tala Lestari

"I am a little pencil in the hand of a writing God, who is sending a love letter to the world."

Dalam perjalanan pulang tadi malam, aku menyenandungkan dan menyanyikan kata-kata itu. Sebuah refrain lagu salah seorang peserta KEMUL (kelompok menulis lagu). Bait refrain itu katanya diambil dari kata-kata Mother Teresa. Wuih?!

Tak hanya satu orang yang menyanyi semalam. Semua peserta KEMUL! Semalam setidaknya aku lihat penampilan delapan orang. Delapan lagu baru yang dituliskan masing-masing. Wait, what?

Ceritanya, semalam aku tu janjian sama Mas Deka. Seorang MC terkenal di kotaku sini. Aku belum pernah ketemu orangnya, dapat nomornya juga dari temennya temen. Aku dapat tugas dari panitia, buat ngontak mas MC ini. Buat ngemsi gitu (iyalah, masak buat nari?????). Nah, Mas Deka nyuruh ketemuannya tadi malam. Dia nge-share loc alamatnya.

Sampai di sana, melongolah aku!

Di sebuah rumah, yang kemudian kutahu bahwa ini rumah pasangan penyanyi-musisi kondang yang baru-baru ini pindah ke kota kami, ada panggung tempat pentas para penulis lagu ini. Secara bergantian mereka membawakan lagunya. Mas Deka salah satunya. Tahu apa yang dinyanyikannya? Lagu dengan potongan baitnya Mpu Tantular. Iya, pake Bahasa Sansekerta gitu. Gila ga sih??? Itu dia, melongolah aku!

Yang tambah bikin aku melongo, hampir semua yang ada di situ, adalah artisnya kota kami! Selain Mas Deka (MC, penyanyi), ada standup comedian beken, gitaris, pemain bass, musisi, dan beberapa vokalis dari beberapa grup band. Ya, namanya kota kecil ya, jadi kan kelihatan tuh yang sering sliwar-sliwer manggung. Eh, tapi ada juga yang bukan artis, tapi lagunya juga gila keren! Bahkan ada tiga anak pra remaja gitu.

Sampai malem aku ada di sana, duduk di pojok nonton mereka. Asyik banget! Mereka sedang mempersiapkan acara festival mereka. Suasananya akrab, dengan banyak sekali tepuk tangan, diselingi canda, juga hal serius berupa masukan-masukan soal melafalkan lirik berbahasa Inggris, membuat struktur musik yang jelas, cara mengawali/mengakhiri sebuah lagu, strumming gitar, pentingnya pemanasan olah vokal, dan masih banyak lagi.

Panggungnya jangan dibayangin besar, ya. Mungil, tapi dilengkapi dengan dua mikrofon, serta perlengkapan sound system dengan panel-panel pengatur suara. Orang-orang duduk beralaskan tikar, mengelingi aneka camilan yang sepertinya potluck, alias pada bawa makanan. Ada sekotak cake merah, aneka gorengan, juga pizza kalo ga salah.

Nah, saking asyiknya nonton pentas gratis itu, tak terasa sudah jam 10 malam, dan hujan agak reda, jadi aku buru-buru pamit. Dan you know what? Aku malah lupa kalo harus ngobrol sama Mas Deka soal ngemsi itu. Haduuh! Tepok jidat deh. (rase)

-----

Tulisan ini saya pasang di FB saya pada 20 Desember 2019. Festival KEMUL berlangsung meriah pada Minggu, 22 Desember 2019, di 1915 Arts and Koffie Huis Salatiga.

curious tentang siapa pasangan penyanyi-musisi yang pindah ke kota kami dan juga KEMUL?  baca ke sini

curious tentang Mas Deka? lihat di sini.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.