Menjalarkan Komunikasi Melalui Tulisan

Menulislah agar komunikasi kita tidak terputus. Menulislah agar segala pikiran tidak buntu sampai di titik tertentu. Menulislah untuk bekal kesehatan jiwa kita.

Menjalarkan Komunikasi Melalui Tulisan

Akhir-akhir ini bukan hanya persoalan yang digadang-gadang nenghadapi masa 4.0 dalam dunia perekonomian. Namun, yang lebih pelik lagi ialah menghadapi dan menuntaskan masalah penularan covid-19. Beberapa asumsi mengatakan bahwa pandemi covid-19 bermuasal dari pasar yang terletak di Kota Wuhan, China, meski belum diketahui secara pasti penyebabnya. Semua negara di dunia mengenyam dampaknya, tidak terkecuali di Indonesia. Semua lini merasakan, dari segi ekonomi, politik, sosial, bahkan ranah pendidikan. 80% sekolah ditutup dan dilakukan belajar online di rumah. Begitu pula dengan perusahaan-perusahaan yang memutuskan agar karyawannya melakukan WFH (Work From Home).

Akun sosial media dibanjiri dengan #wfh. 2020 seakan-akan menjadi tahun terabstrak dalam kehidupan, sebab selama hampir setahun tidak tampak nyata sesuatu yang dikerjakan di luar rumah. Orang-orang mulai mengakali kegiatan di rumahnya. Sebagian hanya menjalankan kegiatan rutin seperti: masak, makan, tidur, nonton TV, dan ber-quality time dengan keluarga. Sebagian lagi membuat kesibukan baru untuk merawat tanaman, mencoba memasak dengan resep baru, menjahit, melukis dinding rumah, merawat koi, dan sebagainya. Bagi sebagian siswa sekolah dari SD, SMP, SMA, bahkan mahasiswa. Kini belajarnya melalui HP dan laptop. Kedua alat ini sejak dulu diwanti-wanti agar orang tua tidak terkecoh mengawasi dalam penggunaannya. Namun, semasa pandemi, orang tua dilarang heboh lagi untuk mengeluarkan unek-unelnya di hadapan putra-putrinya. sebab, semua materi, tugas, ulangan, belajar, praktik, semuanya terangkum pada layar pintar mereka.  Bahkan, menteri pendidikan bekerjasama dengan telkomsel untuk memberikan kartu perdana yang notabene kartu tersebut berisi paket belajar gratis. Semata-mata untuk memudahkan masyarakat tidak kesulitan mengakses pembelajaran.

Selama pandemi pula, penulis merasakan ada atmosfer yang berbeda dalam ranah sosial media. Biasanya lomba menulis hanya akan diadakan berdasarkan hari tertentu saja. Namun, berbeda dengan tahun 2019 kemarin. Hampir setiap hari di beranda instagram, muncul event menulis tanpa berbayar. Entah menulis puisi, quotes, fiksi mini, cerpen, bahkan ada yang mengadakan lomba menulis buku. Betapa kehidupan telah bergeser. Jika dulu, masyarakat sering melakukan kerja kelompok, sekarang apa-apa dijalankan mandiri. Dulu harus bertatap muka, sekarang harus dihindari. Tulisan menjadi salah satu media komunikasi saat ini di samping video dan ragam gambar. Video juga mulai digandrungi pada kancah youtube dan tiktok. Sementara gambar, banyak instansi dan yayasan yang membuat program lomba fotografi, doodle, dan art lainnya.

Mahendra, sebagai salah satu siswa di SMA HATI BBS, semenjak pandemi dia mengaku lebih produktif. "Saya sudah menulis 3 buku solo, artinya saya sendiri yang menulis. Buku pertama berjudul " Renung Pedoman Akal" berisi 60 puisi. Buku kedua berjudul "Di Rahim Renung" berisi 80 puisi. Buku ketiga, berjudul "Anastesi Rasa" berisi 150 puisi. Ketiga buku tersebut saya selesaikan di antara waktu belajar online di rumah."

Selain Mahendra, ada juga yang melakukan kegiatan sama, yaitu: Muhammad Afrizal Agung Laksono, Risal Jailani, dan Muhammad Yusuf dengan masing-masing satu buku. Bagi mereka, tulisan adalah bahasa yang sopan yang memberikan peluang untuknya tanpa batasan. Tulisan merupakan sarana komunikasi yang tidak langsung, tetapi ia menjadi penting sebab melalui tulisanlah semua tersampaikan.

"Saya menyukai menulis puisi, sebab saya tidak mau menyimpan sendiri yang saya rasakan. Saya mengutarakan pada pembaca agar mereka juga memiliki andil berempati," kata Risal Jailani.

Demikian laiknya tulisan itu hadir sebagai salah satu sarana yang hampir semua orang dapat mengetahuinya. Beberapa manfaat menulis bagi penulis dan pembacanya:

1) menyalurkan sesuatu yang dipikirkan dengan atau tanpa gamblang, sebab penulis dapat menyesuaikan dengan keinginannya;

2) sarana komunikasi yang baik di era pandemi ini;

3) membuat durasi bertemu semakin pendek atau bahkan tidak ada, sebab semua telah dijabarkan dengan tulisan. Hal ini juga dapat menghentikan laju penyebaran covid-19;

4) membuat empati pembaca bertambah;

5) membuat penulis lebih tahan banting dalam menghadapi masalah. Biasanya harys bercerita pada salah seorang teman, karena pandemi, maka menulis adalah salah satu jalan agar pikiran tidak stres;

6) meningkatkan ingatan; dan

7) melawan mati dini. Semakin banyak menukis, maka sejatinya kita telah menciptakan kehidupan yang abadi untuk anak-cucu kita nanti.

Jadi, menulislah agar komunikasi kita tidak terputus. Menulislah agar segala pikiran tidak buntu sampai di titik tertentu. Menulislah untuk bekal kesehatan jiwa kita.

 

Shofiyah

Probolinggo, 10 Januari 2021

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.