Maafkan, dan Biarkan Dadamu Lapang

Maafkan, dan Biarkan Dadamu Lapang

Pernahkah kamu merasa disakiti seseorang? Apa yang ada dalam dadamu? Marahkah? Dendamkah?

Bisa jadi, dan itu wajar kecuali kamu malaikat.

Saat kamu marah dan dendam, ijinkan saja sebentar ia ada. Hayati perasaan itu, lalu biarkan perlahan hilang berganti rasa lega.

Ada 2 cara kamu memperlakukan marah dan dendam: Pertama, kamu jadikan power buat hidup. Kedua, kamu jadikan belenggu atau racun yang bikin kamu mati. Nah, mana yang kamu pilih?

Kalo saya, pasti pilih hidup dan mengelola marah atau dendam sebagai amunisinya. Paling tidak menetralisirnya.

Cara menetralisirnya adalah dengan memaafkan orang-orang penyebab marah dan dendam itu. Orang-orang yang menyakiti kamu.

Sulit?

Tentu saja, kalo kamu berpikir memaafkan adalah membebaskan orang yang menyakiti kamu semena-mena, dan kamu merasa kalah.

Susah?

Jelas, kalau kamu kira memaafkan adalah kompromi terhadap perbuatan orang yang sudah menyakiti kamu.

Yuk, kita bikin mudah dengan reframing, bahwa memaafkann adalah membebaskan diri kita sendiri dari belenggu marah dan dendam.

Memaafkan bukan berarti kompromi dengan orang yang menyakiti kita, tapi kompromi dengan diri kita sendiri.

Memaafkan bukan untuk kepentingan orang yang menyakiti kita. Memaafkan adalah proses membuat diri hidup, bertahan, damai dan tenang.

“Maafkanlah orang-orang yang menyakitimu. Maka niscaya dadamu lapang.”

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.