Komunikasi Cerdas sebagai Pemecah Masalah dan Pembangun Mutualisme

Komunikasi Cerdas sebagai Pemecah Masalah dan Pembangun Mutualisme

Komunikasi Cerdas sebagai Pemecah Masalah dan Pembangun Mutualisme

​​​​​


Hidup tidak bisa lepas dari berbagai masalah. Kalau masalah itu tentang diri sendiri, kita  cukup introspeksi dan berusaha memperbaiki. Lalu,  bagaimana kalau masalahnya menyangkut orang lain? Tentunya harus diselesaikan melalui musyawarah untuk mufakat.


Suatu hari Ada tiga bersaudara, sebut saja A, B,dan C. Si A sudah berkeluarga dan belum memiliki rumah sendiri, si B belum berkeluarga dan sudah mempunyai rumah, dan si C masih SMA. Bapak mereka kuli bangunan dan ibu bekerja di sawah. Masalah muncul ketika si A sudah merasa membutuhkan rumah karena anaknya semakin besar dan akan segera masuk sekolah. Dia meminta bapaknya untuk segera mulai menggarapkan rumahnya. Tetapi, bapak belum ada waktu longgar. Beliau masih harus bekerja untuk menafkahi keluarga, apalagi si C diketahui mengidap penyakit yang harus diobati secara rawat jalan dalam jangka waktu cukup lama. Di sela-sela waktu bekerjanya, si bapak menggarap rumah si B yang hanya perlu dihaluskan. Bapak berjanji akan menggarap rumah si A begitu urusan  sawah dan pekerjaannya di tempat orang  lain selesai. Merasa terlalu lama menunggu, si A berkata pada istrinya bahwa bapaknya hanya mengurusi adiknya saja. Si istri menyampaikan perkataan tersebut pada pemborong yang akan membantu pembangunan rumah mereka. Suatu hari, si pemborong ini menyampaikan kembali hal yang didengarnya pada bapak dan ibu si A yang didengar juga oleh si B dan si C. Alhasil, si B merasa bersalah pada kakaknya, si C yang sakit menganggap dirinya sebagai beban keluarga, sedangkan bapak dan ibu tentunya sakit hati karena dikira pilih-pilih kasih. Apalagi mereka harus mendengar ini dari orang lain, sehingga rasanya menjadi berkali-kali lipat tidak nyaman. Padahal, seandainya perihal ini dikomunikasikan  dalam keluarga itu pasti akan terbentuk rasa  saling pengertian. Keduanya memiliki kepentingan yang sama-sama harus dihargai. Dengan komunikasi,akan ditemukan solusi yang tepat tanpa mengesampingkan kepentingan salah satu pihak. Masalah tidak akan menjalar kemana-mana dan tidak ada pihak yang tersakiti.


Inilah kenapa komunikasi sangat penting. Komunikasi menjadi jalan terbaik memecahkan suatu masalah tanpa meninggalkan residu yang  tidak diinginkan. Bayangkan dua negara yang  berperang, mereka merusak lingkungan, menghambur-hamburkan sumber daya, kehilangan moral sebagai manusia dan sebagainya. Padahal, masalah di antara mereka bisa saja selesai hanya dengan suatu komunikasi yang baik dan saling pengertian.

 

Bagaimana pemberontakan DI/TII di Aceh dapat dihentikan? Dengan komunikasi. Atau sederhana saja, pada waktu kecil kita tidak jadi memusuhi anak yang nakal hanya karena anak itu tiba-tiba meminta maaf. Begitu indah dan sederhana komunikasi itu.


Namun, perlu diingat bahwa komunikasi yang baik, yang akan membawa manfaat bagi pihak-pihak terlibat mesti dilakukan secara cerdas. Bukan dikuasai egoisme masing-masing untuk kepuasan pribadi. Komunikasi dilakukan bukan untuk menetukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Melainkan untuk menjaga hubungan baik, sebuah mutualisme tanpa merugikan siapapun.

_ _ _

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.