KLARA

episode 2

KLARA

Sebenarnya ada jalur lain menuju Pulau Pari, yakni lewat dermaga pelabuhan Pantai Indah Kapuk. Di sana kapal yang tersedia lebih besar, sejenis kapal ferry bermuatan 400 orang. Harga tiket kapal yang murah membuat turis-turis domestik terus berdatangan ke pulau itu. Banyak juga bule-bule yang rekreasi ke pulau yang masih perawan ini. Menyaksikan sunset, diving, main volley pantai, barbekyu, main banana boat, melihat langsung konservasi penyu dan bintang laut, atau sekedar naik sepeda keliling pulau. Tapi kalau melalui jalur itu, waktunya habis di jalan. Untuk mencapai dermaga pantai Indah Kapuk saja, ia butuh waktu dua jam dari rumahnya. Lalu perjalanan kapal ferry ke pulau butuh waktu tiga jam. Padahal ia harus segera tiba di sana. Norman sudah mewanti-wanti.

“Gimana ,Teteh jadi ikut kagak?”

Lamunan Klara buyar. Tak ada pilihan lain. Lagipula kenapa tadi tidak berangkat pagi-pagi?,keluhnya.

“Ya udah, Bang saya ikut”

“Ayo Teh,  itu kapalnya?”, kata lelaki kurus itu. Ia menunjuk salah satu kapal motor kecil yang sudah penuh sesak dengan barang. Dengan tangan, ia memberi isyarat agar Klara mengikutinya.

Klara berjalan cepat. Tak ada senyum di bibirnya meski sudah mendapat kapal. Padahal Norman bilang, ia manis jika tersenyum, Norman suka dengan gingsul yang dimiliki Klara.

Huhftt, kata-kata basi, batin Klara saat mengingat canda lelaki berambut keriting itu.

Ah, Norman lagi! Lelaki itu harus tahu perjuangannya hari ini tidak mudah mencapai pulau.

“Ati-ati, Neng!”

Tampak seorang wanita tengah umur, mengenakan kebaya lusuh dengan seledang hijau melilit di kepalanya mengingatkan langkah Klara yang tergesa melompat ke kapal kecil itu.

Klara melongo.

Di dalam kapal, seorang Ibu tua itu duduk atas tumpukan karung-karung, entah berisi apa, dengan santainya. Sementara di kanan kiri ada barang-barang lain, 15 gas tabung, 10 kardus mie instant, aneka sayuran seperti timun, tomat,kangkung, pete, cabe, gambas, ubi, singkong, kelapa….semua dimuat dalam karung-karung terpisah.

Selain ibu tua, ada satu keluarga dengan dua balitanya yang tertidur pulas, sepasang lelaki dan perempuan yang duduk mesra bergandengan tangan, dan dua orang wanita yang sedang asyik mengobrol dengan suara keras.

Klara mencari-cari tempat untuk duduk di kapal yang sempit itu. Penuh. Tak ada tempat tersisa sejengkalpun buatnya. Sementara angin laut yang bertiup sesekali menggoyangkan terpal di jendela kapal. Oh, bukan jendela, persisnya pembatas di sisi kanan kiri kapal. Pembatas dari terpal itulah yang menimbulkan suara saat terkena angin laut. Sepertinya pembatas itu dibuat agar penumpang dan isinya tidak terlalu terpapar panas matahari. Kapalpun berayun lembut ke kanan dan ke kiri, seolah angin dan kapal ini bersahabat. Sedang bersenda guraukah angin dan kapal ini? Orang-orang di kapal tampak menikmati suasana siang itu.

Ya, Tuhan, bagaimana mungkin aku bisa naik kapal sekecil ini dengan muatan penuh di dalamnya? (bersambung)

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.